"pendekatan psiko-socio culture merupakan prasyarat memahami perilaku masyarakat dan membangun kesadaran bersama untuk mengelola kawasan konservasi yang lebih manusiawi"

29 Desember 2011

Prof Enny dan Rekayasa Genetik


Pada tanggal 20 Agustus 2010, harian Kompas memuat berita tentang orasi Enny Sudarmonowati, sebelum dikukuhkan sebagai Prof Riset. Ia sejak 1992 melakukan penelitian intensif pemuliaan pohon hutan. Salah satu yang dipilih adalah sengon - salah satu jenis pohon cepat tumbuh (fast growing spesies) yang penting untuk rehabilitasi hutan atau dikembangkan sebagai penghasil kayu perkakas ringan. Hasil rekayasa genetik yang dilakukannya telah membuat pertumbuhan sengon 1,5 kali lebih cepat dari sengon bukan hasil rekayasa. Diprediksi, panen yang semula menunggu 15 tahun bisa diperpendek menjadi 7 tahun saja.

Hasil dialog saya melalui pesan pendek kepada Prof Enny (20/08/2010 jam 9:14), ia mengungkapkan bahwa ia melakukan penelitian juga tentang Acacia mangium transgenik. Ada sengon mutan hasil radiasi sinar gamma, yang tahan hidup di lahan ex tailing, jadi kemungkinan besar bisa untuk bioremediasi. Ribuan hektar lahan eks pertambangan dapat segera dihijaukan dengan hasil riset ini.

Prof Enny Sudarmonowati juga mengembangkan penggunaan marka genetik untuk bisa mengetahui sidik jari suatu log kayu berasal dari daerah tertentu. Saat ini Prof Enny Sudarmonowati dan Puslit Bioteknologi sedang mengembangkan teknologi dan basis data sidik jari tanaman kehutanan untuk mendeteksi aktivitas pembalakan ilegal, sehingga log-log kayu yang dijual ke luar negeri bisa ditelusuri asalnya dari hutan mana.

Teknologi isoenzim dan RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), dapat mendeteksi sidik jari, sumber bibit dan keragaman genetik tanaman berdasarkan pola pita isoenzim atau DNA. Pihaknya sudah menggunakan penanda genetik (marker-assisted selection/ MAS) sejak 1996 untuk beberapa jenis pohon di hutan Kalimantan Tengah dan Jambi dengan menggunakan isozim, RAPD dan AFLP (Amplified fragment length polymorphism). Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI menggunakan penanda genetik untuk melihat pengaruh pembalakan terhadap keanekaragaman genetika jenis kayu penting, seperti meranti dan ulin Eusideroxylon zwagerii yang mulai langka.

Di samping asyik bekerja di laboratorium, Prof Enny juga menginisiasi organisasi lingkungan dengan nama Jakarta Green Monster - yang didukung pihak swasta menanam mangrove di pantai Utara Jakarta setiap menjelang buka puasa. Betapa menariknya mengetahui manusia-manusia unggul di bidang penelitian, yang menekuni bidang minatnya dalam jangka puluhan tahun, seperti yang diberitakan Kompas tentang Prof Enny, yang tak kalah dengan hasil-hasil penelitian dari peneliti manca negara.

Peran Pemerintah dan Implikasi Kebijakan

Hasil risetnya tentu harus didukung dengan kebijakan pemerintah untuk mengadopsinya, dan mengujicobakannya di tingkat lapangan. Tugas pemerintah sebagai fasilitator seperti ini yang seringkali ditunggu-tunggu oleh para peneliti unggul. Dan tentu masih banyak hasil-hasil penelitian di bidang kehutanan yang semestinya dihargai dan yang lebih penting bagaimana dari research to action. Betapa lamanya proses riset untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Indonesia sebenarnya penuh dengan bibit-bibit unggul seperti Prof Enny ini.

Di bidang rehabilitasi bekas tambang, penggunaan tanaman cepat tumbuh diharapkan akan mampu mempercepat pemulihan struktur tanah dan tutupan vegetasi sebagai awal dari rehabilitasi dalam jangka panjang. Marka genetik akan membantu pemerintah dalam mendeteksi asal-usul kayu hasil illegal logging, dan bahkan dalam pengembangan berbagai jenis baru di tingkat keragaman genetiknya. Hasil riset Prof Enny ini sangat layak untuk segera ditindaklanjuti dalam aplikasi program berjangka panjang di dunia kehutanan, pertambangan, dan konservasi alam.

Manusia Unggul

Menurut Ray Asmoro, manusia unggul harus memiliki kongruensi (congruency), yaitu terciptanya keselarasan antara pikiran, emosi, dan tindakan. Berfikir tanpa bertindak hanya akan membuahkan idea atau gagasan. Dibutuhkan tindakan tertentu untuk menjadikan ide dan gagasan itu menjadi kenyataan. Dalam hal riset sengon, diperlukan tindakan-tindakan dengan ketekunan yang tinggi serta waktu sangat panjang untuk membuahkan hasil. Manusia-manusia yang bekerja di bidang konservasi alam dan penyelamatan lingkungan sudah selayaknya memiliki sifat dan sikap kongruen(si), sebagai modal dasar untuk menggapai impiannya, gagasan dan ide-ide besarnya menyelamatkan alam menjadi kenyataan, bukan sekedar utopia. Satunya pikiran-emosi-tindakan, nampaknya bukan perkara mudah.

Keseimbangan di antara ketiganya memerlukan sikap mental pantang menyerah, kenyal, bersemangat. Mereka pasti bekerja dengan 3 prinsip, yaitu bekerja dengan sikap menerima (apa yang telah menjadi tanggungjawabnya), bekerja dengan senang (menikmati apa yang dikerjakan), dan bekerja penuh semangat (dengan antusias). Menurut Eckhart Tolle , seorang guru spiritual sekaligus penulis buku “The New Earth” dan “The Power of Now”), mereka yang bekerja dengan tiga modal tersebut akan terhubungan dengan “the universal intelligent”. Terhubungan dengan “ketakterbatasan”, sehingga hal-hal yang tidak mungkin menurut ukuran manusia menjadi mungkin dan dapat terjadi atas kehendak-Nya.***


***Artikel ini didedikasikan kepada para pekerja pemikir konservasi alam yang tidak pernah mengenal lelah untuk terus berkarya demi kepentingan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan publik, atau bahkan yang semula ditujukan untuk memenuhi kepentingan egonya semata-mata, namun akhirnya toh bermanfaat bagi generasi mendatang.

16 Desember 2011

Pesan Pak Gunung.... *



Pak Gunung Nababan**, merupakan salah satu dari sekian ‘aset’ konservasi Indonesia. Pola manajemen dan leadership yang telah dilakukannya di TN Teluk Cenderawasih dan TN Karimunjawa telah terbukti mampu mendorong spirit kerja, teamwork, arah manajemen kawasan, strategi kelola kawasan dan dalam hubungannya dengan masyarakat, dan masih banyak praktik-praktik konservasi yang terbukti manjur di tingkat lapangan.


Dalam kesempatannya memberikan pembekalan pada Lokalatih RBM untuk wilayah Indonesia Timur di Makassar, Pak Gunung menguraikan berbagai tips dan sharing-nya bagi para peserta. Artikel ini merupakan resume dari paparan Pak Gunung Nababan sepanjang 1,5 jam lebih yang mendapatkan apresiasi dari seluruh peserta.


Motto:

“Kita bekerja untuk menyelesaikan masalah; tiada hari tanpa masalah, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan”.


Tips melakukan perubahan dan perbaikan internal, antara lain :

1. Mulai dari skala kecil dan bertahap.

2. Jangan menunggu perintah, ambil inisiatif.

3. Perlu pengorbanan untuk membangun trust, kepercayaan, antara pimpinan dan staf.


Kepala Balai harus bisa jadi guru, sebagai pelayan, dan memulai membangun pembenahan ke dalam terlebih dahulu baru kemudian keluar. Perlu dipertimbangkan pola ‘manajemen keluarga’. Balai sebagai suatu keluarga besar, dan Kepala Balai bersikap sebagai ‘orang tua’, dan/ atau sebagai ‘guru’.


Pengelolaan kawaan konservasi harus tetap memperhatikan 3 prinsip, yaitu Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan. Setiap “P” harus diterjemahkan ke dalam perencanaan. Misalnya ‘Pengawetan’ adalah upaya untuk mempertahankan potensi kawasan. Oleh karena itu perlu ditindaklanjuti dengan upaya identifikasi potensi dalam kawasan, inventarisasi (berapa banyak); monitoring (apa yang terjadi; bila menurun, apa yang harus kita lakukan); upaya-pembinaan habitat, populasi, penyuluhan,dsb.


Ungkap potensi kawasan, melalui valuasi ekonomi, untuk meningkatkan posisi tawar Balai TN terhadap para pihak. Hasil valuasi ekonomi menunjukkan bahwa TN ternyata dapat mengakomodasi semua kepentingan. Sebagai penyangga kehidupan khususnya bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat sebaiknya diposisikan sebagai mitra atau saudara. Data dan informasi penting untuk dapat melakukan valuasi ekonomi.


RBM antara lain merupakan alat untuk mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan valuasi kawasan; mendekatkan pengelola dengan masyarakat; mendekatkan pengelola dengan masalah dan mencari solusi yang realistis. Data juga dapat dijadikan alat untuk meyakinkan para pihak. Keberhasilan RBM sangat tergantung pada sikap dan semangat setiap staf. Balai sebenarnya diberikan ruang berinovasi, termasuk persoalan kelembagaan, antara lain pengelompokan PEH sesuai spesialisasinya, dan sebagainya. Sebagai bahan untuk perencanaan-inventarisir semua persoalan, melalui pendekatan bottom-up; di Balai dilakukan presentasi dan evaluasi untuk menentukan tingkat prioritas;


Strategi komunikasi dengan Pemda dan masyarakat; tidak mempersoalkan kewenangan , tetapi lebih sebagai ‘wasit’. Bagaimana membuat kelemahan menjadi kekuatan di tingkat masyarakat atau sebaliknya. Menjaga kawasan bersama masyarakat. Di TNKJ, Balai mendukung biaya bahan bakar untuk kelompok nelayan yang membantu pengamanan kawasan di wilayah zona pemanfaatan tradisional.


Proses transisi kepemimpinan adalah periode menentukan dalam setiap organisasi. Maka perlu pengawalan dari Kepala Balai yang lama untuk memastikan proses transisi berjalan lancar, sehingga program yang bagus dapat dilanjutkan terus oleh Kepala balai yang baru, dan tidak menimbulkan gejolak internal yang tidak perlu.***


*) Pembekalan ini disampaikan pada Lokalatih Resort Based Management Wilayah Indonesia Bagian Timur di Hotel Mercure - Makasar, 9-11 Desember 2011

**) Ir Gunung Nababan, Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa