20 Maret 2012
Seulas Hikmah dari Bab 8. Berkaca di Cermin Retak - Reorientasi Taman Nasional dan Strategi Rancang Tindak (Oleh: Ami Wahab*)
Opportuniy Cost of Capital Kawasan Konservasi - Bab VI Buku Berkaca di Cermin Retak (Disarikan oleh: Isai Yusidarta*)
05 Maret 2012
Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Ruteng (ditulis oleh: Elisa Iswandono*)
Gambaran Umum Kawasan TWA Ruteng
Kegunaan Tumbuhan | Jmlh Spesies | % | Jmlh Famili | % |
Tumbuhan Obat | 69 | 42.07 | 44 | 43.14 |
Pangan | 38 | 23.17 | 17 | 16.67 |
Bahan Bangunan | 28 | 17.07 | 16 | 15.69 |
Pakan Ternak | 8 | 4.88 | 4 | 3.92 |
Pestisida Nabati | 4 | 2.44 | 4 | 3.92 |
Tumbuhan Hias | 4 | 2.44 | 4 | 3.92 |
Bahan Tali dan Kerajinan | 3 | 1.83 | 3 | 2.94 |
Adat/Budaya | 3 | 1.83 | 3 | 2.94 |
Pewarna | 2 | 1.22 | 2 | 1.96 |
Kayu Bakar | 2 | 1.22 | 2 | 1.96 |
Minuman | 1 | 0.61 | 1 | 0.98 |
Lainnya | 4 | 1.22 | 4 | 1.96 |
Jumlah Keseluruhan | 133 | 100 | 67 | 100 |
Sumber: Iswandono, 2007
Pemanfaatan hasil hutan secara menyeluruh memberikan potensi pendapatan yang bersifat lestari dan merupakan suatu cara untuk mengkonservasi dengan perhatian yang terarah pada kearifan lokal. Keanekaan budaya lokal berkaitan dengan sistem pengetahuan dalam pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Pengakuan akan adanya pengetahuan tradisional berdampak pada penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya yang sangat berperan dalam pemanfaatan lestari sumberdaya hutan (Evans 1993).
Kesadaran akan fungsi ekologi suatu tegakan memungkinkan penilaian satu pohon tidak hanya didasarkan pada nilai kayunya tetapi juga nilai-nilai lain yang apabila ditambahkan akan mempunyai nilai tambah yang besar. Hasil hutan memberikan kontribusi pada berbagai bidang kehidupan dan kesejahteraan, menyediakan makanan, obat-obatan dan lainnya serta sebagai suatu sumber penghidupan, memberikan keuntungan ekonomi pada tingkatan masyarakat bawah (lokal) sehingga memberikan dampak tidak langsung pada ketahanan konservasi.
Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat didefinisikan sebagai jenis tumbuhan yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan (Zuhud 1994). Obat-obatan tradisional biasanya dibuat dari daun, kulit kayu dan akar-akaran tumbuhan hutan. Di kebanyakan tempat di wilayah sekitar TWA Ruteng penggunaan obat tradisional merupakan pengetahuan yang sudah umum diketahui oleh sebagian besar masyarakat. Pemanfaatannya dibedakan atas penyakit luar, penyakit ringan dan penyakit dalam yang cukup berat. Terdapat 69 spesies dari 43 famili tumbuhan di dalam hutan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Spesies tumbuhan obat yang digunakan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Bagian tumbuhan hutan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat sebagian besar adalah dari daunnya yaitu sejumlah 31 spesies (41%), kulit batang 25 (33%), akar 9 (12%), selebihnya sebanyak 13% adalah pengambilan getah umbi dan herba yang dimanfaatkan seluruh bagiannya sekaligus.
Pemanfaatan yang kurang lestari adalah pengambilan seluruh bagian herba untuk obat. Sebanyak 4 spesies herba yang dimanfaatkan seluruhnya atau yang pengambilannya dengan cara dicabut adalah liti (Drymaria cordata), ta’i ntala (Viscum ovalifolium), kolong jarang (Plectranthus teysmanni) dan legi (Paspalum conjugatum).
Dosis atau ukuran bagian tumbuhan obat yang digunakan untuk pengobatan biasanya menggunakan ukuran kepalan tangan atau jari tangan orang yang sakit. Untuk jenis obat yang diminum biasanya direbus terlebih dahulu dengan air sebanyak 5 gelas untuk dijadikan 3 gelas dan diminum tiga kali sehari. Jenis-jenis penyakit yang umumnya dikeluhkan oleh masyarakat adalah malaria, flu dan sakit kepala, juga penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan seperti disentri.
Dari 69 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tmbuhan obat terdapat 10 spesies tumbuhan obat yang sering digunakan (Tabel 2). Tumbuhan yang paling sering digunakan dan paling mudah ditemukan adalah sensus (Eupatorium inulifolium). Tumbuhan ini biasa hidup di tempat terbuka sebagai tumbuhan pioner. Spesies lainnya yang mudah ditemui adalah wuhar (Cryptocarya densiflora) yang juga digunakan sebagai kayu bangunan. Spesies ini memiliki penyebaran yang merata pada semua ketinggian. Spesies yang paling sulit ditemukan adalah sandal urat (Drymis piperita). Tumbuhan perdu ini hanya dapat ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 m dpl. Selain digunakan untuk berbagai keperluan penyakit dalam daun tumbuhan ini juga dipercaya sebagai penolak bala atau penangkal penyakit non medis.
Tabel 2. Spesies tumbuhan obat yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TWA Ruteng
No. | Nama Spesies/ Family/ Lokal | Bagian Digunakan | Penggunaan |
1 | Alstonia spectabilis/ Apocynaceae/Loi | Akar, kulit batang | Malaria |
2 | Eupatorium inulifolium/ Asteraceae/ Sensus | Daun | Luka baru |
3 | Caesalpinia sappan/ Caesalpiniaceae/ Cepang | Kulit batang | Cuci buah Pinggang |
4 | Drymis piperita/ Winteraceae/Sandal | Daun | Luka dalam |
5 | Cinnamomum burmanii/ Lauraceae/ Ndingar | Kulit batang | Bersih darah, Asma |
6 | Tinospora crispa/ Menispermaceae/ Tambar | Batang liana | Malaria |
7 | Myrica esculenta/ Myricaceae/ Lasang | Kulit batang | Flu/Pilek |
8 | Fraxinus griffithii/ Oleaceae/ Lui | Kulit batang, Getah | Malaria |
9 | Geniostoma rupestre/ Loganiaceae/ Tepotai | Daun | Kepala Pusing |
10 | Cryptocarya densiflora/ Lauraceae/ Wuhar | Kulit batang | Disentri, TBC, sakit pinggang |
Dalam memanfaatkan tumbuhan obat dicatat sebanyak 40 jenis penyakit dikenal oleh masyarakat sekitar TWA Ruteng. Jenis penyakit dengan jumlah spesies terbanyak yang dapat digunakan untuk pengobatan adalah lever dan sakit perut masing-masing sebanyak 7 spesies. Untuk penyakit lever tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan, yaitu: sensus (Eupatorium inulifolium), renggong (Emilia sonchifolia), cawat (Bidens sp), garit (Canarium sp), kadung (Jastropha curcas), ta’i ntala (Viscum ovalifolium), narong (Zingiber sp) dan untuk sakit perut spesies yang digunakan untuk pengobatan, yaitu: mene (Vernonia cinerea), kadung (Jastropha curcas), wase nol (Anamirta cocculus), raci (Leucosyke capitellata), pandu kadul (Ricinus communis), wuhar (Cryptocarya densiflora) dan waso (Hibiscus tiliaceus) (tabel di bawah).
Tabel 3. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar TWA Ruteng
Jenis penyakit yang diobati | Jumlah Spesies Tumbuhan Obat |
Batuk | 2 |
Malaria | 5 |
Demam | 2 |
Kanker payudara | 2 |
Usus buntu | 2 |
Luka baru | 4 |
Luka dalam | 3 |
Lever | 7 |
Sakit perut | 7 |
Cuci buah pinggang | 3 |
Cuci perut | 1 |
Cuci darah | 4 |
Kencing manis | 3 |
Mata | 1 |
Ginjal | 2 |
Biri-biri | 3 |
Kejang/ayan | 1 |
Sariawan | 4 |
TBC | 3 |
Mandi segar | 1 |
Lancar BAB | 2 |
Sakit pinggang | 2 |
Asma | 4 |
Masuk angin | 4 |
Maag | 3 |
Pusing | 3 |
Kanker | 1 |
Tumor | 1 |
Patah tulang | 1 |
Bisul | 2 |
Cacingan | 1 |
Nafsu makan | 1 |
Obat kuat | 2 |
Sakit gigi | 3 |
Ketombe | 1 |
Flu/pilek | 1 |
Nafas sesak anak-anak | 1 |
Migran | 2 |
Muntaber | 1 |
Rematik | 1 |