keywords: common pool resource, kolaborasi, networking, collective
leadership, Generasi Z, mitigasi perubahan iklim.
Mengapa?
Mengelola hutan, mengurus lingkungan hidup dan perubahan iklim tidak akan
pernah mampu dan berhasil apabila dilakukan oleh pemerintah (state),
atau pihak swasta (private), oleh masyarakat atau CSO secara
terpisah-pisah. Bukti-bukti lapangan menunjukkan hal tersebut. Mengurus sumberdaya
hutan, lautan, yang luasnya jutaan hektar adalah mission impossible (press
comm., Wahjudi Wardojo, 2014). Sifat sumberdaya itulah yang tidak akan
berhasil dikelola secara sepihak oleh siapapun. Sumberdaya yang tergolong ke
dalam common pool resources (CPR) inilah yang semestinya dikelola secara
kolaboratif, dengan berbagai model kemitraannya. Keterbatasan pendanaan,
sumberdaya manusia, sarana dan prasarana pengelolaan, teknologi, tingkat
kesulitan, aksesibilitas, skala luas, dan berbagai bentuk hubungan kesejarahan
antara masyarakat dengan sumberdaya CPR tersebut menjadi alasan utama dan
paling penting, mengapa kita harus melakukan kolaborasi.
Maka, tidak ada satu pihak pun yang berani melakukan klaim bahwa dia-lah
yang berhasil melakukan kelola CPR, tidak perlu dukungan dan bantuan pihak
lain. Keberhasilan kelola CPR adalah hasil kerja kolektif, yang tentu dimulai
dari membangun kesadaran bersama, membangun visi dan strategi bersama.
Ada proses pembelajaran multipihak yang hal ini memungkinkan apabila dikawal
dengan kemampuan leadership multipihak dan multilayer yang kuat dan
konsisten.