Pak Gunung Nababan**, merupakan salah satu dari sekian ‘aset’ konservasi Indonesia. Pola manajemen dan leadership yang telah dilakukannya di TN Teluk Cenderawasih dan TN Karimunjawa telah terbukti mampu mendorong spirit kerja, teamwork, arah manajemen kawasan, strategi kelola kawasan dan dalam hubungannya dengan masyarakat, dan masih banyak praktik-praktik konservasi yang terbukti manjur di tingkat lapangan.
Dalam kesempatannya memberikan pembekalan pada Lokalatih RBM untuk wilayah Indonesia Timur di Makassar, Pak Gunung menguraikan berbagai tips dan sharing-nya bagi para peserta. Artikel ini merupakan resume dari paparan Pak Gunung Nababan sepanjang 1,5 jam lebih yang mendapatkan apresiasi dari seluruh peserta.
Motto:
“Kita bekerja untuk menyelesaikan masalah; tiada hari tanpa masalah, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan”.
Tips melakukan perubahan dan perbaikan internal, antara lain :
1. Mulai dari skala kecil dan bertahap.
2. Jangan menunggu perintah, ambil inisiatif.
3. Perlu pengorbanan untuk membangun trust, kepercayaan, antara pimpinan dan staf.
Kepala Balai harus bisa jadi guru, sebagai pelayan, dan memulai membangun pembenahan ke dalam terlebih dahulu baru kemudian keluar. Perlu dipertimbangkan pola ‘manajemen keluarga’. Balai sebagai suatu keluarga besar, dan Kepala Balai bersikap sebagai ‘orang tua’, dan/ atau sebagai ‘guru’.
Pengelolaan kawaan konservasi harus tetap memperhatikan 3 prinsip, yaitu Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan. Setiap “P” harus diterjemahkan ke dalam perencanaan. Misalnya ‘Pengawetan’ adalah upaya untuk mempertahankan potensi kawasan. Oleh karena itu perlu ditindaklanjuti dengan upaya identifikasi potensi dalam kawasan, inventarisasi (berapa banyak); monitoring (apa yang terjadi; bila menurun, apa yang harus kita lakukan); upaya-pembinaan habitat, populasi, penyuluhan,dsb.
Ungkap potensi kawasan, melalui valuasi ekonomi, untuk meningkatkan posisi tawar Balai TN terhadap para pihak. Hasil valuasi ekonomi menunjukkan bahwa TN ternyata dapat mengakomodasi semua kepentingan. Sebagai penyangga kehidupan khususnya bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat sebaiknya diposisikan sebagai mitra atau saudara. Data dan informasi penting untuk dapat melakukan valuasi ekonomi.
RBM antara lain merupakan alat untuk mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan valuasi kawasan; mendekatkan pengelola dengan masyarakat; mendekatkan pengelola dengan masalah dan mencari solusi yang realistis. Data juga dapat dijadikan alat untuk meyakinkan para pihak. Keberhasilan RBM sangat tergantung pada sikap dan semangat setiap staf. Balai sebenarnya diberikan ruang berinovasi, termasuk persoalan kelembagaan, antara lain pengelompokan PEH sesuai spesialisasinya, dan sebagainya. Sebagai bahan untuk perencanaan-inventarisir semua persoalan, melalui pendekatan bottom-up; di Balai dilakukan presentasi dan evaluasi untuk menentukan tingkat prioritas;
Strategi komunikasi dengan Pemda dan masyarakat; tidak mempersoalkan kewenangan , tetapi lebih sebagai ‘wasit’. Bagaimana membuat kelemahan menjadi kekuatan di tingkat masyarakat atau sebaliknya. Menjaga kawasan bersama masyarakat. Di TNKJ, Balai mendukung biaya bahan bakar untuk kelompok nelayan yang membantu pengamanan kawasan di wilayah zona pemanfaatan tradisional.
Proses transisi kepemimpinan adalah periode menentukan dalam setiap organisasi. Maka perlu pengawalan dari Kepala Balai yang lama untuk memastikan proses transisi berjalan lancar, sehingga program yang bagus dapat dilanjutkan terus oleh Kepala balai yang baru, dan tidak menimbulkan gejolak internal yang tidak perlu.***
*) Pembekalan ini disampaikan pada Lokalatih Resort Based Management Wilayah Indonesia Bagian Timur di Hotel Mercure - Makasar, 9-11 Desember 2011
**) Ir Gunung Nababan, Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar