Hamparan lansekap perbukitan gersang berbalur mengular merona
hijau di lembahnya.
Patahan meliuk mengangakan garis tajam coklat-hitam keabuan
singkapan umur geologi dasar laut.
Laksana mozaik permadani savana selimuti punggung punggungmu disangga
bantalan karang getas terpanggang mentari 39 derajat celcius.
Itulah citramu yang
terpetakan di ruang retina mata indera dan batinku.
Di antara punggung
gersang itu, meliuk sungai jernih laksana naga bersayapkan perengan dan lembah hijau lembut menyejukkan.
Disitulah manusia dan
kebudayaan Sumba mampu bertahan-memaknainya.
Sumba menghadirkan
kreasi-Mu yang mengusik tanya: rahasia apalagi yang Engkau tabur-ujikan di
ruang ego dan kesadaran indrawi-batin kami yang cupet ini?
Dalam ramuan geologi,
iklim, diayak proses gerakan lempeng Samudera Hindia yang rumit ribuan tahun
lalu hingga akhir zaman es, muncullah daratan Sumba dengan saripati tanahnya
yang tersebar hanya di sela-sela ceruk
batu karang berpasir.
Dengan skala waktu dan
titah-Mu, perlahan namun pasti terbentuk noktah-zarah asal muasal kehidupan
baru; sel tunggal, mikroba, jamur, renik, tumbuhan rendah sampai tinggi -
menjadikan savana dan lembah hijau layak huni bagi habitat fauna elok eksotik
menawan.
Persentuhan daratan
karang dan laut di kakimu pula yang mengguratkan batas pantai menakjubkan.
Deburan energi gelombang beriak putih-biru di Kalala, Tarimbang, Purukambera,
Walakiri, idaman penikmat laut dan peselancar.
Cendana, tectona,
gmelina, gaharu, kuda, padang savana, dan kakatua Sumba.
Mereka menghijau-hidup-menebarkan makna, meruapkan
eksotika, magisme, yang menyangga daya hidup manusia dan kebudayaan Sumba. Hingga
kini.
Mereka bertasbih.
Selamat Hari Bumi
Aviastar: Tambulako - Denpasar
Selasa 24 April 2012 -
1653